Minggu, 26 Februari 2012

kuantitas dan kualitas


Bicara mengenai kuantitas dan kualitas. Maka, kita akan bicara tentang apa itu yang disebut jumlah atau massa dengan apa itu yang disebut dengan mutu atau harga dari sesuatu. Sebuah ungkapan kuantitas dan kualitas pun tidak terlewatkan dari pandangan seorang tenaga kesehatan. Maksudnya disini adalah tenaga kesehatan juga mempunyai arti khusus tentang kuantitas dan kualitas. Dimana kita juga mengetahui bahwa kuantitas dan kualitas selalu ada dalam kehidupan kita sehari – hari.
Dalam prinsip ekonomi, kuantitas dihubungkan dengan jumlah barang sedangkan kualitas dihubungkan dengan mutu suatu barang. Jika keduanya dihubungkan maka sangat bertentangan. Kadang, seseorang menginginkan kuantitas yang banyak tetapi ingin harga yang murah. Sehingga ia membeli sesuatu yang dalam jumlah besar tapi tidak berkualitas. Tetapi ada juga orang yang menginginkan kualitas terbaik dari suatu barang sampai rela mengeluarkan biaya banyak hanya untuk mendapatkan satu barang dengan kualitas terbaik.
Dalam dunia kesehatan pun kuantitas dan kualitas adalah suatu hal yang bertentangan. Bedanya adalah di dunia kesehatan keduanya saling berkaitan. Karena keduanya mempunyai tujuan yang sama sesuai dengan kebutuhan yaitu untuk mengabdi pada masyarakat. Jika dapat diilustrasikan mungkin seperti ini.
Sebuah mobil tidak akan bergerak tanpa roda dengan jumlah lebih dari satu ataupun dengan roda atau ban yang sudah tidak layak pakai. Kalau kita mempunyai sebuah mobil dan kita tipe orang yang hanya melihat kualitas dan tidak melihat kebutuhan secara kuantitas maka kita hanya memiliki satu roda dengan kualitas terbaik. Dan apa yang terjadi  mobil tersebut tidak akan bisa berjalan. Dan jika kita adalah tipe orang yang hanya menginginkan kuantitas atau jumlah dari suatu kebutuhan tanpa melihat kualitasnya. Maka kita akan mempunyai sebuah mobil dengan 4 roda tapi yang sudah tidak bisa dipakai. Dan apa yang terjadi mobil itu mungkin dapat berjalan tetapi tidak akan bertahan lama karena roda atau ban akan aus dan dampaknya sangat berbahaya contohnya seperti menyebabkan kecelakaan.
Sehingga bawasannya dalam dunia kesehatan segala sesuatunya haruslah berimbang. Diibaratkan jika kita mempunyai sebuah mobil maka kita harus memenuhi jumlah sesuai kebutuhan dan kualitas sesuai kebutuhan. Kita harus membeli 4 roda dengan kualitas yang masih layak pakai. Seperti dalam bidang kesehatan. Jika kita kelak akan menjadi seorang tenaga kesehatan yang tangguh. Kita juga pasti akan berusaha memenuhi kuota dibutuhkannya tenaga kesehatan di tempat tersebut. Hal ini dikaitkan dengan masalah kuantitas. Tetapi kita juga harus memperhatikan bahwa kita di tempat tersebut tidak hanya sekedar mengisi kuota tetapi kita juga harus melakukan sebuah pengabdian kepada masyarakat dengan cara memberikan pengobatan dan pelayanan yang prima atau yang terbaik. Dalam hal pemberian pelayanan inilah yang erat kaitannya dengan kualitas.
Kuantitas saat kita harus memenuhi kuota atau kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Kualitas, dimana kita tidak bermain-main dengan profesi yang telah diamanatkan kepada kita sehingga kita harus selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik dan benar. Tidak ada gunanya kita mempunyai kuantitas yang amat banyak tapi tidak satupun yang memiliki kualitas untuk memberikan pelayanan yang prima. Begitu pula sebaliknya tidak ada gunanya kita hanya mempunyai kualitas yang bagus namun kita ternyata hanya seorang diri padahal masyarakat  yang membutuhkan orang seperti kita sangat banyak.
Kita sebagai tenaga kesehatan tidak boleh hanya berpangku tangan. Konsep kuantitas dan kualitas harus diterapkan. Tidak hanya banyak dalam jumlah tetapi juga harus baik dalam mutu pelayanan.  Kita sebagai tenaga kesehatan juga tidak boleh terlalu sombong. Walaupun kita berkualitas tapi kita harus ingat tanpa kuantitas atau dalam artian tanpa kehadiran kolega-kolega kita atau teman kita, kita bukanlah orang yang berguna. Karena tujuan pekerjaan kita sebenarnya hanya satu yaitu mengabdi untuk kesehataan masyarakat yang lebih baik. Sehingga kita tidak boleh merasa bisa melakukan segalanya sendiri karena kita merasa telah berkualitas.

Selasa, 07 Februari 2012

Jika Aku Menjadi


Sekitar 3 hari yang lalu, aku melihat sebuah acara televisi di stasiun swasta sejenis reality show. Biasanya aku jarang liat acara seperti itu. Tapi saat itu aku melihat kejadian yang sangat menggugah hatiku. Begini ceritanya:
Di suatu desa ada seorang anak perempuan kecil yang tinggal bersama seorang wanita tua yang nota bene kemampuan ekonomi mereka di bawah rata – rata. Perempuan kecil itu tetap bersekolah walaupun dengan fasilitas buku alat tulis menulis dan transport seadanya.
Wanita tua itu di umurnya yang sudah di penghujung usia, tetap semangat bekerja walaupun kesehatannya menurun. Tidak lain semangat bekerjanya ialah karena ingin memenuhi kebutuhan dari seorang anak perempuan ini. (pertamanya aku pikir wanita tua itu adalah neneknya,namun ternyata,.,.,.,.)
Pada pertengahan acara, anak tersebut mengatakan bahwa wanita tua itu bukanlah neneknya melainkan “mbok”nya dalam kata lain “pengasuhnya waktu kecil”. Hatiku langsug tersentak mendengarnya. Bagaimana bisa seorang anak kecil tinggal bersama orang lain yang sudah se “sepuh” itu yang nota bene bukan sanak saudaranya. Lalu dimana ibunya????
Anak itu kembali bercerita bahwa justru ibunya lah yang mengusirnya dari rumah, lalu “mbok”nya itulah yang merawatnya dan membawanya ke rumah “mbok”nya itu.
Miris mendengarnya ada ibu yang setega itu.
Setelah ditanya lagi “apakah kamu tidak dendam pada ibumu?”. Anak itu dengan polosnya menjawab “tidak kak”. “kenapa dek?”. “karena aku takut DOSA kak”
Begitu mulia hati anak ini,.,.,.
Sekarang bagaimana dengan saya dengan kita yang memiliki orang tua yang masih mengijinkan kita untuk tinggal di rumahnya yang masih mengijinkan kita untuk mendengarkan omelan2 mereka. Namun kita malah dendam dan ingin pergi dari rumah karena kita merasa benar dan sudah dewasa. Tidak bisakah kita bersyukur dengan apa yang kita miliki?? Karena kadang ada orang lain yang sangat mengharapkan apa yang telah kita miliki saat ini,.,. tidak bisakah kita berhenti mengeluh??? Tidak bisakah kita untuk sejenak merenungi berkat apa saja yang telah kita terima dari Tuhan?? Tidak bisakah kita mengingat betapa berharganya kedua orang tua kita??
Karena sekarang aku menyadari kejadian yang dialami oleh anak itu sedikit mirip dengan apa yang ku alami saat aku kecil. Namun aku kembali ke pangkuan ibuku sampai saat ini, berkat nenekku (nenekku asli) dan “mbok”ku (pengasuhku waktu kecil).